Prosedur pemeriksaan SGPT sangat sederhana dan tidak menyakitkan. Ini meliputi beberapa langkah sebagai berikut:
- Persiapan: Pasien harus datang ke laboratorium atau klinik dengan perut kosong, karena makanan atau minuman dapat mempengaruhi hasil tes. Pasien juga harus memberitahu dokter jika mereka sedang mengonsumsi obat-obatan atau suplemen tertentu, karena ini juga dapat mempengaruhi hasil tes.
- Pengambilan sampel darah: Dokter atau perawat akan mengambil sampel darah dari vena di lengan pasien dengan menggunakan jarum suntik. Sampel darah kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk analisis.
- Analisis: Dalam laboratorium, sampel darah akan diuji untuk mengukur kadar SGPT. Tes ini biasanya selesai dalam beberapa jam, dan hasil akan diterima oleh dokter pasien.
- Interpretasi hasil: Dokter akan mengevaluasi hasil tes SGPT bersama dengan hasil tes lainnya, seperti ALT (alanine transaminase), bilirubin, dan fosfatase alkali, serta anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan diagnosis dan menentukan tindakan selanjutnya.
Perlu diingat bahwa hasil tes SGPT yang tinggi tidak selalu menunjukkan adanya masalah hati, namun harus diinterpretasikan dalam konteks klinis pasien dan hasil tes lainnya. Jika hasil tes SGPT menunjukkan tingkat yang sangat tinggi, dokter mungkin akan menyarankan tes lanjutan atau pemeriksaan untuk menentukan sumber dari masalah hati.
Selain pemeriksaan SGPT, dokter juga mungkin akan menyarankan tes darah lain untuk mengevaluasi kondisi hati pasien. Beberapa contohnya :
- ALT (alanine transaminase) adalah enzim lain yang ditemukan dalam sel-sel hati, dan tingkat yang tinggi juga dapat menunjukkan kerusakan atau peradangan hati.
- Bilirubin adalah pigmen yang ditemukan dalam hati dan saluran empedu, dan tingkat yang tinggi dapat menunjukkan masalah dengan saluran empedu atau hati.
- Fosfatase alkali adalah enzim yang ditemukan dalam hati dan tulang, dan tingkat yang tinggi dapat menunjukkan masalah dengan hati atau tulang.
Selain itu, dokter juga mungkin akan menyarankan tes lain seperti :
- Pemeriksaan virus hati (seperti hepatitis B dan C)
- Pemeriksaan autoimun (untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit hati autoimun)
- Pemeriksaan fungsi hati (seperti tes protrombin dan albumin)
- Pemeriksaan gambar (seperti USG, CT, MRI) untuk mengevaluasi struktur hati
- Biopsi hati (untuk mengambil sampel jaringan hati untuk diperiksa lebih lanjut)
Selain itu, dokter juga akan menanyakan riwayat medis pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi kondisi hati pasien. Ini termasuk melakukan pemeriksaan abdomen untuk mengetahui ada atau tidaknya pembesaran hati atau lien, serta mengevaluasi kulit dan mata pasien untuk mengetahui ada atau tidaknya tanda-tanda kerusakan hati.
Semua informasi yang diperoleh dari pemeriksaan dan tes ini digunakan oleh dokter untuk menentukan diagnosis dan menentukan tindakan selanjutnya, termasuk pengobatan dan pemantauan kondisi hati pasien.